Bagaimana Mengembangkan Diskusi Kelompok Kecil dalam Kelas Bertaraf Internasional
by. Reni Dwi Astuti
Sekolah bertaraf
internasional adalah suatu program yang diadakan oleh pemerintah untuk memenuhi
tuntutan perkembangan zaman. Zaman yang demikian cepat berlalu membutuhkan
berbagai ketrampilan dalam menghadapi perubahan tersebut. Globalisasi juga
menuntut siswa untuk bisa berbaur, berkompetisi dan bersaing dalam berbagai
bidang kehidupan. Dalam hal ini pendidikan berstandar internasional diharapkan
mampu mencetak manusia yang siap untuk menghadapi berbagai masalah dalam globalisasi.
Setelah
dilakukan penilaian ternyata sebagian besar sekolah RSBI yang dinilai untuk menadi SBI dalam pembelajarannya lebih
banyak menggunakan metode ekspositori yang merupakan warisan cara mengajar tempo
dulu. Metode ekspositori berpusat pada guru, jadi dalam proses pembelajaran
guru yang berperan aktif dalam proses pembelajaran. Padahal dalam menuju kelas
yang berstandar internasional metode ini tidak sesuai standar pendidikan
internasional.
Hampir di
seluruh negara maju metode yang digunakan dalam pembelajaran di kelas adalah
metode diskusi. Dalam metode ini siswa dituntut berperan aktif dalam proses
pembelajaran, sedangkan guru hanya sebagai fasilitator dan pengawas dalam
proses pembelajaran. Sesuai dengan ciri-ciri guru dalam constructizm yaitu guru
sebagai fasilitator, guru sebagai pelayan murid-murid dalam kelas, guru sebagai
mediator dalam kelas, dan guru sebagai pembantu siswa dalam memperoleh ilmu
pengetahuan.
Selain itu,
dalam pelaksanaan kurikulum dan proses pembelajaran RSBI menggunakan beberapa
asas yang salah satunya ialah Mengarahkan
siswa untuk mampu berpikir kritis, kreatif dan analitis , memiliki kemampuan
belajar (learning how to learn) serta mampu mengambil keputusan dalam belajar. Oleh karena itu, pihak sekolah dan guru
harus dapat mengembangkan diskusi kelompok kecil
dalam proses pembelajaran. Hal ini dikarenakan diskusi kelompok kecil merupakan
cara yang efektif bagi siswa untuk bekerja, beraktifitas, memecahkan masalah
dan mengerjakan tugas dalam tim.
Hasibuan dan
Moedjono (1986: 20-22) menjelaskan beberapa hal yang berkaitan dengan diskusi kelompok keci. Diskusi kelompok kecil
merupakan diskusi yang tediri atas 3-5 orang. Ruang kelas diatur sedemikian
rupa agar siswa dapat berhadapan muka dan bertukar pikiran dengan mudah.
Diskusi diadakan di tengah pelajaran atau di akhir pelajaran dengan maksud
menajamkan kerangka bahan pelajaran, memperjelas bahan pelajaran atau menjawab
pertanyaan-pertanyaan. Hasil belajar yang diharapkan ialah agar masing-masing individu
membandingkan persepsinya yang mungkin berbeda-beda tentang bahan pelajaran,
membandingkan interpretasi dan informasi yang diperoleh. Dengan demikian
masing-masing individu dapat saling memperbaiki pengertian, persepsi,
informasi, interpretasi sehingga dapat menghindari kekeliruan.
Menurut Moedjono
(1992: 51) metode diskusi kelompok kecil memiliki tujuan antara lain:
1.
Mengembangkan
keterampilan bertanya, berkomunikasi, menafsirkan dan menyimpulkan pada diri
siswa.
2.
Mengembangkan sikap
positif terhadap sekolah, para guru dan bidang studi yang dipelajari.
3. Mengembangkan kemampuan
memecahkan masalah dan konsep diri (self-concepts) yang lebih positif.
4.
Meningkatkan
keberhasilan siswa dalam mengemukakan pendapat.
5.
Pengembangan sikap
terhadap isu-isu kontroversal.
Winataputra
(1997: 8, 20) menjelaskan mengenai prinsip-prinsip penggunaan diskusi, baik
sebelum maupun sesudah berlangsungnya diskusi. Prinsip-prinsip penggunaan
tersebut adalah sebagai berkut:
a.
Diskusi dapat
dilaksanakan dalam semua pengajaran bidang studi di jenjang kelas yang siswanya
sudah mampu mengungkapkan pikiran dan perasaan secara lisan.
b.
Topik atau masalah yang
didiskusikan haruslah topik atau masalah yang memerlukan informasi atau
pendapat dari banyak orang untuk membahasnya atau memecahkannya. Di samping
itu, topik diskusi haruslah sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai,
karakteristik siswa serta bermanfaat dan bermakna bagi peningkatan kemampuan
berpikir dan cara pemecahan masalah.
c.
Diskusi harus
berlangsung dalam iklim terbuka yang penuh persahabatan sehingga memungkinkan
terjadinya sikap saling menghargai.
d.
Sebelum diskusi, guru
hendaknya membuat perencanaan dan persiapan mencakup 1. pemilihan topik
diskusi; 2. perencanaan dan penyiapan informasi pendahuluan yang memungkinkan
siswa mempunyai latar belakang yang sama terhadap topik diskusi. Informasi ini
dapat berupa artikel, film singkat, observasi atau wawancara. Sesuai dengan
namanya informasi pendahuluan disajikan atau dicari sebelum diskusi
berlangsung; 3. Penyiapan diri sebagai pemimpin diskusi, yaitu siap sebagai
sumber informasi, motivasi atau pelaksanaan fungsi yang lain; 4. Penetapan kelompok
beserta anggota-anggotanya; 5. Pengaturan tempat duduk beserta tempat diskusi
kelompok.
e.
Diskusi mempunyai
kekuatan atau keuntungan yang dapat dimanfaatkan secara maksimal, diantaranya 1.
Kelompok memiliki sumber informasi yang kaya; 2. Siswa yang pemalu merasa lebih
bebas berbicara dalam kelompok kecil; 3. Anggota kelompok termotivasi oleh
anggota kelompok lain; 4. Anggota kelompok merasa terikat untuk melaksanakan
keputusan atau hasil diskusi.
f.
Diskusi kelompok
mempunyai kelemahan yang menggagalkan diskusi diantaranya memerlukan banyak
waktu yang cukup banyak; dapat memboroskan waktu jika terjadi hal-hal negatif;
anggota yang kurang agresif bisa frustasi karena didominasi siswa tertentu.
g.
Guru hendaknya
menghindari hal-hal berikut: menyelenggarakan diskusi dengan topik yang tidak
sesuai karena hanya akan menimbulkan kebosanan; mendominasi diskusi dengan
berbagai informasi; membiarkan terjadinya monopoli dan penyimpangan;
tergesa-gesa meminta respon siswa; membiarkan siswa yang tidak mau
berpartisipasi untuk tetap pasif; tidak memperjelas uraian.
Menurut Modjiono
(1992: 52) keuntungan dari penerapan metode diskusi kelompok kecil adalah
sebagai berikut:
1.
Memberikan kesempatan
kepada siswa untuk berpartisipasi secara langsung, baik sebagai partisipan,
ketua kelompok atau penyusun pertanyaan diskusi. Adanya pastisipasi langsung
ini memungkinkan terjadinya keterlibatan intelektual, sosial-emosional dan
mental para siswa dalam proses belajar.
2.
Dapat digunakan secara
mudah sebelum, selama ataupun sesudah metode-metode yang lain.
3.
Mampu meningkatkan
kemampuan berpikir kritis, partisipasi demokratis, mengembangkan sikap,
motivasi dan kemampuan berbicara yang dilakukan tanpa persiapan.
4.
Memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk menguji, mengubah dan mengembangkan pandangan, nilai
dan keputusan yang diperlihatkan kesalahannya melalui pengamatan yang cermat
dan pertimbangan kelompok.
5.
Memberikan kesempatan
kepada para siswa untuk memahami kebutuhan memberi dan menerima (take and give), sehingga siswa dapat
mengerti dan mempersiapkan dirinya sebagai warga negara yang demokratis.
6.
Menguntungkan para
siswa yang lemah dalam pemecahan masalah. Hal ini dimungkinkan karena pemecahan
masalah oleh kelompok, biasanya lebih tepat daripada pemecahan perorangan.Selain itu,
Djajadisastra (1982: 38-40) memberikan pendapatnya mengenai kelebihan dari
metode diskusi kelompok kecil yaitu sebagai berikut:
- Mendidik siswa untuk belajar bertukar pikiran atau pendapat. Pengalaman semacam itu harus dipupuk dan dikembangkan karena di dalam kehidupan bermasyarakat cara-cara tersebut selalu dilakukan.
- Memberikan kesempatan kepada murid untuk menghayati pembaharuan suatu problema bersama-sama. Hal ini dapat memperkuat rasa kekeluargaan dan saling mengenal yang lebih baik antar siswa.
- Memberikan kesempatan kepada murid untuk dapat memperoleh penjelasan dari berbagai sudut pandang atau berbagai sumber data. Dengan demikian memungkinkan murid untuk memperoleh pengetahuan yang lebih luas.
- Memberikan kesempatan kepada siswa untuk latian berdiskusi di bawah asuhan guru.
- Merangsang siswa untuk ikut mengemukakan pendapat sendiri, menyetujui atau menentang pendapat temannya.
- Membina perasaan tanggung jawab mengenai suatu pendapat, kesimpulan atau keputusan yang akan diambil.
- Merupakan perpaduan antara semangat mencari keterangan yang benar secara jujur dan rasa bertanggung jawab sebagai anggota masyarakat kelas.\ Mengembangkan dan membina rasa solidaritas dan toleransi terhadap pendapat teman yang bervariasi. Hal ini dapat mengembangkan sikap untuk menghargai pandapat orang lain.
- Membina siswa untuk berpikir matang-matang sebelum berbicara.
- Berdiskusi bukan hanya menuntut pengetahuan siap dan kefasian berbicara saja tetapi juga menuntut kemampuan berbicara secara sistematis dan logis. Metode diskusi dapat digunakan untuk membina siswa agar dapat menyatakan pendapatnya secara sistematis dan logis.
Disamping
memiliki kelebihan diskusi kelompok kecil juga memiliki kelemahan yang harus
diatasi oleh guru yang bersangkutan. Kelemahan-kelemahannya adalah sebagai
berikut (ginting 2008:50):
1.
Pembicaraan dalam
diskudi bisa keluar jalur atau batasan topik yang sedang dibahas
2.
Pengajuan pendapat
hanya didominasi oleh siswa yang lebih siap, lebih menguasai materi dan oleh
siswa yang memiliki kebiasaan mendominasi pembicaraan.
3.
Peserta yang tidak siap
dan tidak percaya diri akan pasif dan tidak berpartisipasi serta berkontribusi
dalam pembicaraan.
4.
Diskusi melebihi waktu
yang ditentukan atau diskusi tidak mencapai hasil yang diharapkan ketika batas
waktu telah tiba.
5.
Ketika ada peserta
diskusi tidak siap atau ada pihak yang saling mempertahankan pendapatnya,
diskusi akan mengalami kebuntuan dan tidak membuahkan hasil yang diharapkan.
Pelaksanaan
diskusi akan berjalan lancar apabila guru mampu mengatasi kelemahan-kelemahan
yang terjadi dalam pelaksanaan diskusi, yaitu sebagai berikut
1.
Siswa dikelompokkan
menjadi kelompok-kelompok kecil yang terdiri dari siwa yang pandai dan kurang
pandai, pandai berbicara dan kurang pandai berbicara, siswa laki-laki dan siswa
perempuan. Proses tersebut dilakukan guru dengan cara melihat kemampuan
akademis siswa, jumlah siswa perempuan dan laki-laki serta keaktifan siswa.
Setelah itu guru mengelompokkan siswa secara heterogen berdasarkan kemampuan
akademis, jenis kelamin dan keaktifan. Proses pengelompokkan dilakukan oleh
guru pada saat menyusun rencana pembelajaran.
2.
Guru harus
memperhatikan siswa agar setiap kelompok benar-benar dapat bekerja sama. Hal
itu dilakukan dengan cara memantau setiap kelompok dalam kegiatan diskusi
kelompok dan setiap kelompok ditetapkan ketuanya.
3.
Agar tidak menimbulkan
“kelompok-isme” ada baiknya bila setiap diskusi dengan topik baru dibentuk lagi
kelompok baru dengan cara melakukan pertukaran dengan anggota-anggota kelompok
lain.
4.
Mengusahakan
penyesuaian waktu dengan berat topik yang dijadikan pokok diskusi. Hal itu
dilakukan dengan cara membagi-bagi diskusi dalam beberapa hari atau minggu
berdasarkan pembagian topik ke dalam topik-topik yang lebih kecil lagi.
5.
Menyiapkan dan
melengkapi sumber data yang diperlukan baik yang tersedia di sekolah maupun di
luar sekolah. Hal itu dilakukan guru dengan menganjurkan siswa untuk mencari
sumber melalui internet dan buku teks siswa. Pencarian sumber dilakukan siswa
di luar jam pelajaran dan guru memberikan tugas browsing kepada siswa satu
minggu sebelum materi akan dibahas.
Dalam
ebook “Improving student achievement in mathematics” disebutkan beberapa hal
yang harus dilakukan guru ketika menggunakan metode diskusi kelompok kecil
dalam proses pembelajarannya. Berikut ini adalah hal-hal yang harus dilakukan oleh guru (teks
asli dalam bahasa inggris) antara lain:
a.
Pilihlah tugas sesuai
dengan konsep dan ide matematika yang penting
b.
Pilih tugas yang tepat
untuk kerja dalam grup
c.
Pertimbangkan siswa
yang pada awalnya bekerja
individu dalam tugas dan ikuti dengan bekerja dalam grup dimana siswa-siswa
berbagi dan membangun ide dan pekerjaan individunya
d.
Berikan instruksi yang
jelas kepada kelompok-kelompok dan bangun dugaan-dugaan yang jelas
e.
Tekankan keduanya
tujuan kelompok dan tanggung-jawab individu
f.
Pilih tugas yang siswa
menarik menemukan
g.
Memastikan terdapat
penutupan kerja dalam kelompok, dimana gagasan kunci dan metode-metode yang
dibawa ke dalam kelas, baik oleh siswa, guru maupun keduanya.
Sumber :
Douglas A.
Grouws and Kristin J. Cebulla.Improving student
achievement in mathematics. From www.iaoed.org/files/prac04e.pdf -
repository.upi.edu/operator/upload/s_sej_043912_chapter2.pdf
Komentar
Posting Komentar